- Artikel Pengertian

   Manajemen SDM

- Konsep Dasar Outdoor

  Activity

- Antara Hard Skill

   dan Soft Skill

ARTIKEL SDM :

www.fortech.co.id

www.sciencom.com

ALIANSI:

- Artikel Persahabatan

   Elang dan Ayam

 

Groups  :

 

 

ARTIKEL PENGERTIAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

 

A. PENGERTIAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

 

    Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktivitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan. Bagian atau unit yang biasanya mengurusi sdm adalah departemen sumber daya manusia atau dalam bahasa inggris disebut HRD atau human resource department. Menurut A.F. Stoner manajemen sumber daya manusia adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya.

 

 Manajemen sumber daya manusia juga menyangkut desain sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karier, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan yang baik. Manajemen sumber daya manusia melibatkan semua keputusan dan praktik manajemen yang memengaruhi secara langsung sumber daya manusianya. Berikut ini adalah pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) menurut para ahli:

 

1.  Menurut Melayu SP. Hasibuan. MSDM adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar  efektif dan efisien membantu  terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.

 

2.  Menurut Henry Simamora MSDM adalah sebagai pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balasan jasa dan pengelolaan terhadap individu anggota organisasi atau kelompok bekerja. MSDM juga menyangkut desain dan implementasi system perencanaan, penyusunan personalia, pengembangan karyawan, pengeloaan karir, evaluasi kerja, kompensasi karyawan dan hubungan perburuhan yang mulus.

 

3.   Menurut Achmad S. Rucky MSDM adalah penerapan secara tepat dan efektif dalam proses akusis, pendayagunaan, pengemebangan dan pemeliharaan personil yang dimiliki sebuah organisasi secara efektif untuk mencapai tingkat pendayagunaan sumber daya manusia yang optimal oleh organisasi tersebut dalam mencapai tujuan-tujuannya.

 

4.  Menurut Mutiara S. Panggabean MSDM adalah proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pimpinan dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan analisis pekerjaan, evaluasi pekerjaan, pengadaan, pengembngan, kompensasi, promosi dan pemutusan hubungan kerja guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

 

Dari definisi di atas, menurut Mutiara S. Panggabaean bahwa, kegiatan di bidang sumber daya manusia dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dari sisi pekerjaan dan dari sisi pekerja.

 

Dari sisi pekerjaan terdiri dari analisis dan evaluasi pekerjaan. Sedangkan dari sisi pekerja meliputi kegiatan-kegiatan pengadaan tenaga kerja, penilaian prestasi kerja, pelatihan dan pengembangan, promosi, kompensasi dan pemutusan hubungan kerja.

 

Dengan definisi di atas yang dikemukakan oleh para ahli tersebut menunjukan demikian pentingnya manajemen sumber daya manusia di dalam mencapai tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Unsur manajemen (Tool of management), biasa dikenal Market / marketing , pasar.

 

 

Antara Hard Skill dan Soft Skill

 

Mengapa ?

Dunia kerja percaya bahwa sumber daya manusia yang unggul adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemahiran hard skill saja tetapi juga piawai dalam aspek soft skillnya. Dunia pendidikanpun mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skill.

 

Adalah suatu realita bahwa pendidikan di Indonesia lebih memberikan porsi yang lebih besar untuk muatan hard skill, bahkan bisa dikatakan lebih berorientasi pada pembelajaran hard skill saja. Lalu seberapa besar semestinya muatan soft skill dalam kurikulum pendidikan?, kalau mengingat bahwa sebenarnya penentu kesuksesan seseorang itu lebih disebabkan oleh unsur soft skillnya.

 

Jika berkaca pada realita di atas, pendidikan soft skill tentu menjadi kebutuhan urgen dalam dunia pendidikan. Namun untuk mengubah kurikulum juga bukan hal yang mudah. Pendidik seharusnya memberikan muatan-muatan pendidikan soft skill pada proses pembelajarannya. Sayangnya, tidak semua pendidik mampu memahami dan menerapkannya. Lalu siapa yang harus melakukannya? Pentingnya penerapan pendidikan soft skill idealnya bukan saja hanya untuk anak didik saja, tetapi juga bagi pendidik.

 

 

Apa ?

Konsep tentang soft skill sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep yang selama ini dikenal dengan istilah kecerdasan emosional (emotional intelligence). Soft skill sendiri diartikan sebagai kemampuan diluar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan interpersonal.

 

Secara garis besar soft skill bisa digolongkan ke dalam dua kategori : intrapersonal dan interpersonal skill. Intrapersonal skill mencakup : self awareness ( self confident, self assessment, trait & preference, emotional awareness ) dan self skill(improvement, self control, trust, worthiness, time / source management, proactivity, conscience). Sedangkan interpersonal skill mencakup social awareness (political awareness, developing others, leveraging diversity, service orientation, empathy dan social skill (leadership,influence, communication, conflict management, cooperation, team work, synergy)

 

Pada proses rekrutasi karyawan, kompetensi teknis dan akademis (hard skill) lebih mudah diseleksi. Kompetensi ini dapat langsung dilihat pada daftar riwayat hidup, pengalaman kerja, indeks prestasi dan ketrampilan yang dikuasai. Sedangkan untuk soft skill biasanya dievaluasi oleh psikolog melalui psikotes dan wawancara mendalam. Interpretasi hasil psikotes, meskipun tidak dijamin 100% benar namun sangat membantu perusahaan dalam menempatkan ‘the right person in the right place’.

 

Hampir semua perusahaan dewasa ini mensyaratkan adanya kombinasi yang sesuai antara hard skill dan soft skill, apapun posisi karyawannya. Di kalangan para praktisi SDM, pendekatan ala hard skill saja kini sudah ditinggalkan. Percuma jika hard skill oke, tetapi soft skillnya buruk. Hal ini bisa dilihat pada iklan-iklan lowongan kerja berbagai perusahaan yang juga mensyaratkan kemampuan soft skill, seperi team work, kemampuan komunikasi, dan interpersonal relationship, dalam job requirementnya. Saat rekrutasi karyawan, perusahaan cenderung memilih calon yang memiliki kepribadian lebih baik meskipun hard skillnya lebih rendah. Alasannya sederhana : memberikan pelatihan ketrampilan jauh lebih mudah daripada pembentukan karakter. Bahkan kemudian muncul tren dalam strategi rekrutasi „ Recruit for Attitude, Train for Skill“.

 

Hal tersebut menunjukkan bahwa : hard skill merupakan faktor penting dalam bekerja, namun keberhasilan seseorang dalam bekerja biasanya lebih ditentukan oleh soft skillnya yang baik.  Psikolog kawakan, David McClelland bahkan berani berkata bahwa faktor utama keberhasilan para eksekutif muda dunia adalah kepercayaan diri, daya adaptasi, kepemimpinan dan kemampuan mempengaruhi orang lain. Yang tak lain dan tak bukan merupakan soft skill.

 

Bagaimana ?

 

Para ahli manajemen percaya bahwa bila ada dua orang dengan bekal hard skill yang sama, maka yang akan menang dan sukses di masa depan adalah dia yang memiliki soft skill lebih baik. Mereka adalah benar-benar sumber daya manusia unggul, yang tidak hanya semata memiliki hard skill baik tetapi juga didukung oleh soft skill yang tangguh.

 

Pada posisi bawah, seorang karyawan tidak banyak menghadapai masalah yang berkaitan dengan soft skill. Masalah soft skill biasanya menjadi lebih kompleks ketika seseorang berada di posisi manajerial atau ketika dia harus berinteraksi dengan banyak orang. Semakin tinggi posisi manajerial seseorang di dalam piramida organisasi, maka soft skill menjadi semakin penting baginya. Pada posisi ini dia akan dituntut untuk berinteraksi dan mengelola berbagai orang dengan berbagai karakter kepribadian. Saat itulah kecerdasan emosionalnya diuji.

 

Umumnya kelemahan dibidang soft skill berupa karakter yang melekat pada diri seseorang. Butuh usaha keras untuk mengubahnya. Namun demikian soft skill bukan sesuatu yang stagnan. Kemampuan ini bisa diasah dan ditingkatkan seiring dengan pengalaman kerja. Ada banyak cara meningkatkan soft skill. Salah satunya melalui learning by doing. Selain itu soft skill juga bisa diasah dan ditingkatkan dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan maupun seminar-seminar manajemen. Meskipun, satu cara ampuh untuk meningkatkan soft skill adalah dengan berinteraksi dan melakukan aktivitas dengan orang lain.

 

 

KONSEP DASAR OUTDOOR ACTIVITY

 

    Saat ini situasi persaingan global yang semakin keras dan tajam kian merebak, membongkar berbagai pembatas antar negara sehingga aliran dana, informasi, dan sumber daya lainnya bebas mengalir ke mana saj amengikuti hukum ekonomi. Secara langsung atau tidak, situasi tersebut mengharuskan kita lebih memperhatikan pelatihan dan pengembangan SDM sebagai salah satu aset paling mendasar yang melekat pada organisasi. Dengan demikian, SDM tersebut mampu bersaing dengan para pesaing yang datang tak terbendung dari berbagai tempat di belahan dunia lainnya.

 

Namun disisi lain, harus disadari bahwa SDM merupakan sumber daya unik yang agak berbeda dengan sumber daya yang lain. Hal ini disebabkan oleh hal –hal sebagai berikut :

 

1.   SDM dikatakan unik karena diantara mereka tidak ada yang “persis sama satu dengan yang lain”, sekalipun mereka kembar identik. Secara individual, mereka pasti tetap mempunyai perbedaan;

 

2.   Jika SDM memperoleh perlakuan yang pas, maka hasil kerjasama mereka bisa menghasilkan efek sinergi, yaitu suatu efek hasil pertambahan nilai yang tidak mengikuti deret  tambah (1 + 1 = 2), tetapi mengikuti derat ukur sehingga hasilnya menjadi jauh lebih besar (1 + 1 = 7…, dan lain – lain);

 

3.  Pada dasarnya, SDM mempunyai potensi “konstruktif dan destruktif” yang sama dahsyatnya. Potensi yang akan  muncul pun sangat tergantung dari bagaimana cara memperlakukan mereka;

 

4. Apabila unsur sumber daya yang lain bisa dievaluasi, aspek SDM ini justru kebalikannya. Mereka sangat membutuhkan “reapresiasi” mengikuti jalannya waktu.

 

Oleh karena itu, sudah saatnya mencari pendekatan lain yang bisa dilakukan untuk melatih dan mengembangkan potensi SDM secara lebih efektif dan efisien. Dalam upaya itulah, pendekatan outdoor dan fun games activities training menjadi salah satu alternatif jalan keluar yang patut dipertimbangkan. Pelatihan dan pengembangan SDM merupakan suatu program yang kompleks serta membutuhkan berbagai teknik dan keluwesan. Pendekatan pelaksanaannya pun harus dilakukan dengan penuh kebijakan. Berbagai ciri, sifat, perilaku, dan karakteristik orang dewasa / pekerja serta berbagai tuntutan dalam organisasi yang dinamis dan berkembang cepat memang menghasilkan kombinasi lingkungan kerja yang khas. Sementara itu, tekanan iklim kompetisi global memaksa kita untuk memberdayakan aset sumber daya manusia yang menjadi salah satu kunci penentu keberhasilan suatu organisasi dalam kancah persaingan di masa mendatang.

 

 

Persahabatan Elang dan Ayam.

 

Memilih menjadi Player atau Victim.

Konon, dikisahkan persahabatan burung elang dengan ayam, dimana mereka selalu berjalan beriringan. Setiap kali elang terbang, si ayam lari pontang panting sambil sesekali mengepakkan sayapnya untuk terbang beberapa saat berusaha mengiringi si elang. Demikian mereka bercengkerama menghabiskan waktu sambil mencari makan di alam bebas, meski sebenarnya si elang dapat saja memangsa si ayam sebagai makanannya.

 

Suatu kali si ayam bersedia dibawa elang terbang tinggi sampai menyentuh awan, namun hanya sebentar saja si ayam sudah merasakan mual diperutnya dan ketakutan membayang dimatanya. Segera saja mereka turun dan secara kebetulan mendarat  di sebuah kandang besar yang mempertemukan mereka dengan si paman sapi yang bertubuh tambun.

 

Si paman sapi ternyata sangat baik hati dan mau berbagi jagung-jagung yang dimakannya, hal yang sangat mengejutkan terutama bagi si ayam. “Disini makanan sangat mudah didapat dan tuan kami sangat baik hatinya dengan member makanan setiap harinya,” jelas paman sapi. Si ayam yang demikian terperangah dengan kondisi tersebut, akhirnya memutuskan untuk tinggal di dalam kandang dan meninggalkan sahabatnya si elang. Pikir si ayam akan lebih enak tinggal di dalam kandang dengan segala kemudahan dan tersedianya makanan.

 

Si elang sangat terkejut dengan keputusan itu, karena baginya aneh ada makhluk yang bias makan tanpa harus melakukan apa-apa. Diberikan rumah dan makanan cuma-cuma. Sementara elang tetap memilih terbang tinggi dan alam bebas sebagai rumahnya. Si ayam pun memilih untuk tinggal di dalam kandang, makan sepuasnya tanpa perlu bekerja keras lagi seperti sebelumnya. Dan berakhirlah persahabatan mereka.

 

Berhenti kisah tentang mereka sampai sini. Renungkan sejenak, siapakah anda di dalam kisah tersebut? Apakah anda menjadi ayam atau elang. Dan siapakah yang akan anda ajak sebagai rekan kerja atau sahabat? Semoga anda tidak tersinggung, ini hanyalah metafora.

 

Elang merepresentasikan keberdayaan dan sikap control diri yang utuh sebagai pribadi, saya sebut saja sebagai player. Sementara ayam menjadi demikian tidak berdaya, melepaskan control dirinya dan memilih menukarnya kenyamanan, sebut saja victim.

 

Player mengusung prinsip-prinsip seorang pemenang, pengendali dan bertanggung jawab atas konsekuensi pilihannya. Memiliki kecenderungan melihat ke dalam diri sendiri –kemampuan dan peran diri – disaat berhadapan dengan masalah. Sedangkanvictim membawa prinsip-prinsip kesukaan pada kenyamanan dan cenderung lebih melihat masalah melalui sudut pandang eksternal dengan menyalahkan keadaan atas adanya perubahan.Victim juga memiliki kecenderungan untuk memilih solusi instan terhadap masalah karena mereka berorientasi pada kemudahan-kemudahan jangka pendek.

 

Hingga akhirnya pada suatu hari, istri si pemilik kandang mengatakan ingin memasak semur daging dan ayam goring untuk suguhan dalam sebuah acara besar untuk keluarga pada akhir pecan nanti. Mendengar hal tersebut, baik si paman sapi maupun si ayam yang telah berbadan tambun menjadi demikian gelisah menanti akhir pekan. TAMAT.

 

 

 

 

Groups  :

s|c|i|e|ncom Center for Professional Development